Antisipasi Kenaikan Harga Cabai dengan Teknologi Pascapanen

By Admin


nusakini.com - Kenaikan harga cabai akhir-akhir ini menjadi tajuk berita di berbagai media massa. Kurangnya pasokan ke pasar menjadi penyebab utama kenaikan harga cabai. Hal ini terjadi tidak hanya dari faktor cuaca, terjadi pula karena mata rantai pemasaran cabai sangat panjang, belum lagi masalah permainan tengkulak yang dengan sengaja mengurangi pasokan di pasar sehingga harga cabai menjadi mahal.

Sebenarnya masalah tersebut bisa dihindari, jika saja masyarakat mau berubah dari kebiasaan mengkonsumsi cabai segar jadi mengkonsumsi cabai olahan seperti cabai kering, bubuk cabai atau pasta cabai yang daya simpannya lebih lama dibanding cabai segar.

Salah satu pengolahan cabai yang paling mudah adalah pengeringan. Ada beberapa metode pengeringan yang disa dilakukan yaitu pengeringan tradisional dengan memanfaatkan sinar matahari dan pengeringan menggunakan alat seperti pengeringan menggunakan oven dan pengeringan Far Infra Red (FIR).

Setiap metode memiliki kelebihan, kekurangan dan mutu cabai kering yang berbeda-beda. Pengeringan tradisonal dengan bantuan sinar matahari adalah metode yang paling murah dan sederhana, tetapi metode ini hanya dapat dilakukan saat ada panas matahari, waktu pengeringan yang lama, suhu pengeringan dan kelembaban tidak dapat dikontrol sehingga mutu yang dihasilkan tidak seragam.

Hasil penelitian Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pasca Panen) menunjukan pengerigan dengan metode FIR (Far Infra Red) menghasilkan cabai kering dengan kadar capsaisin tertinggi dengan waktu pengeringan yang relatif cepat.

Dari cabai kering bisa diolah lagi menjadi bubuk cabai. Cabai kering dihaluskan dengan menggunakan alat penggiling atau bisa juga menggunakan blender untuk skala rumah tangga. Lubang ayakan yang disarankan untuk membuat cabai bubuk adalah 60 mesh agar diperoleh bubuk cabai yang halus dan merata.

Bubuk cabai ini memiliki daya tahan selama 3 – 6 bulan jika disimpan dalam suhu kamar dan menggunakan kemasan plastik. Namun apabila menggunakan kemasan alumunium foil, bubuk cabai dapat tahan selama dua tahun. Cabai kering maupun bubuk cabai ini dapat dipasarkan langsung sebagai rempah-rempah atau dijual ke industri pengolahan untuk dijadikan bumbu instan siap pakai.

Cara mengolah cabai lainnya yang bisa dilakukan adalah pasta cabai. Pasta merupakan produk yang mempunyai bentuk antara padat dan cai. Pasta tergolong kedalam produk intermidate dari pasta bisa diolah lagi menjadi saus.

Pembuatan pasta cabai diawali dengan pencucian, penghilangan bagian daun dan tangkai kemudian ditiiskan. Untuk mempermudah penghancuran, cabai dipotong-potong kurang lebih 2 cm. Selanjutnya dikukus selama 3 – 5 menit tergantung banyaknas bahan. Pengukusan cabai sebelum dihancurkan dimaksudkan untuk mempertahankan warna dan mempermudah penghancuran cabai.

Cabai yang telah dikukus kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender sampai halus. Tahap selanjutnya bubur cabai yang sudah halus dimasak sampai total padatan terlarut 20 -- 28°brix kemudian dikemas.

Keunggulan pasta cabai adalah lebih praktis ketika digunakan sebagai bumbu masakan, masa simpan pasta cabai tahan sampai 1 tahun dalam suhu ruangan dan menjadi nilai tambah dari cabai itu sendiri.

Dengan mengubah kebiasaan menggunakan cabai kering, bubuk cabai atau pasta cabai untuk bumbu masakan, dapat mengurangi permintaan akan cabai segar di pasaran sehingga mahalnya harga cabai bisa dihindari.(p/mk)